Kamis, 10 Juli 2008

Kekerasan Berbalut Pendidikan

Mulyoto

Para siswa senior, para guru pembina harus waspada. MOS membuka peluang munculnya kekerasan. Meski kadang kekerasan itu kadang dibalut dengan kata-kata manis: untuk mendidik, untuk membina, untuk mendisiplinkan ataupun untuk melatih mental.

Bukan maksud saya untuk menolak MOS. Saya hanya setuju bhawa MOS harus steril dari kegiatan yang bernuansa otoriter dan pemaksaan, baik secara fisik maupun mental.

Era sekarang itu era demokrasi. Era yang justru menghargai keterbukaan, keberanian berpendapat, dan keberanian mengembangkan kreativitas. Adik-adik Anda harus Anda didik untuk jadi anak yang berani, dan bukan penakut. Apalagi yang serba pasrah untuk melakukan perintah. Justru dialog harus dikembangkan.

Ini sering saya tehaskan dalam setiap kali MOS. Meski di lapangan sering kurang direspons, saya tidak lelah-lelahnya dan tidak akan bosan untuk tetap berteriak: hindari kekerasan.

Mungkin ada anggapan, saya terlalu demokratis. Atau terlalu lemah dalam melakukan proses penggemblengan. Ada celetuk, bahkan, "wah, nggak seru Pak!" Tapi, saya tetap yakin bahwa MOS bukan soal seru apa tidak. Tetapi soal, bisa enggak kita menampilkan model pembinaan yang humanistik, elegan, kreatif, dan bukan pembinaan yang berbau militeristik.

Sekedar mengingatkan, kekerasan dalam MOS sejatinya tidak lepas dari jerat hukum. apalagi yang berdampak pada jatuhnya kurban. Bisa terkena pasal penganiayaan, maupun kelalaian.

Semoga kita bisa menjalankan peran ini dengan baik.

Tidak ada komentar: