Kamis, 04 Desember 2008

Mencari Ikon Baru untuk Mojokerto

Risyda Zulfiyatush Sholihah
Siswa Kelas XI SMA Al-Multazam

Mojokerto adalah salah satu daerah yang berada di Propinsi Jawa Timur. Sebuah daerah yang tidak terlalu besar tetapi pernah meraih Adipura. Meskipun tidak terlalu besar, tidak disangka kota ini memeiliki potensi besar sebagai pengembangan pariwisata dalam negeri.
Konon, Mojokerto terkenal sebagai “Kota Onde – Onde”. Hal itu dikarenakan makanan khas Mojokerto adalah onde–onde. Selain itu, masyarakat daerah lain mengenal bahwa onde–onde itu lahir dari Mojokerto. Jadi sudah selayaknya onde–onde dijadikan sebagai ikon Mojokerto.
Tetapi pada kenyata-annya pada saat ini, seiring perkembangan zaman onde–onde sudah terkikis keberadaannya. Kentucky, pizza, spaghetty, hamburger dan lain – lain adalah sebagian contoh dari beribu makanan asing yang telah menggeser posisi onde – onde.
Hal itu sudah tidak bisa disangkal lagi karena kebanyakan masyarakat terutama remaja akan merasa bangga kalau mereka dapat atau pernah mengkonsumsi makanan–makanan asing tersebut daripada onde – onde yang notabenenya merupakan ikon daerah sendiri.
Hal ini memang kecil kelihatannya, tetapi apabila hal itu terus dibiarkan maka secara berangsur–angsur kebanggaan kita akan ikon onde–onde akan terkikis dan lama kelamaan akan menjadi hilang.
Memang tidak seharusnya kita menutup diri dari budaya asing dari segi apapun tetapi alangkah arifnya apabila sebagai generasi muda bangsa dapat mengontrol diri untuk mempertahankan ikon Mojokerto.
Hingga kini ikon Mojokerto “Onde–Onde” hanya tinggal namanya saja, tanpa ada kebanggaan yang terkandung di dalamnya. Baru –baru ini muncul isu ikon baru untuk Mojokerto, yaitu Mojokerto sebagai “ Kota Sepatu”. Hal ini dikarenakan kebanyakan para wirausahawan di Mojokerto membuka usaha industri sepatu sehingga kini Mojokerto terkenal karena produksi sepatunya.
Tetapi ikon “Kota Sepatu” bagi Mojokerto agaknya kurang tepat karena sepatu di Mojokerto belum mempunyai ciri khas. Selain itu, masih banyak daerah lain yang terkenal karena sepatunya. Misalnya Sidoarjo, Surabaya, dan Jombang. Bahkan kota tersebut lebih besar dan lebih terkenal akan produksi sepatunya daripada Mojokerto. Dengan demikian, “Kota Sepatu” sebagai ikon Mojokerto sebenarnya kurang tepat karena hal ini tidak menampakkan kekhasan dari Mojokerto. Hal ini dapat dijadikan nilai minus bagi Mojokerto.

Ikon Baru
Ikon adalah suatu lambang yang mengandung nilai kebanggan yang tersirat di dalamnya. Jadi apabila ingin mencari ikon bagi Mojokerto maka sudah seharusnya kita menelaah atau mengambil dari apa yang telah dimiliki oleh Mojokerto.
Sampai saat ini Mojokerto terkenal sebagai daerah yang menjadi pusat Kerajaan Mojopahit. Kerajaan yang pernah jaya menguasai Nusantara di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan patihnya, Gajah Mada. Trowulan sebagai pusat kerajaan Mojopahit tentunya memiliki nilai historis yang tinggi. Dari Trowulan inilah nantinya dapat dikembangkan sebagai wisata budaya di Mojokerto. Karena selain memiliki nilai historis yang tinggi, masyarakat di Indonesia bahkan dunia mengenal bahwa pusat Kerajaan Mojopahit itu dulunya ada di Mojokerto. Jadi dari sini dapat disimpulkan bahwa Mojokerto mendapatkan ikon baru yaitu “Mojokerto sebagai Wisata Mojopahit”.
Di daerah Trowulan banyak sekali masyarakat yang menjalani usaha sebagai pemahat patung. Jika dilihat dari sisi ekonomi, tentu ini akan turut menambah devisa Mojokerto.
Tetapi dalam segi pariwisatanya, tentu hal ini merupakan fenomena yang bagus. Dari kenyataan yang ada, para pemahat patung tersebut memang mempunyai andil yang besar bagi majunya wisata majapahit Mojokerto karena dulunya Mojopahit adalah kerajaan hindu. Tetapi banyak patung – patung pahatan mereka yang dikirimkan ke luar jawa atau bahkan ke luar negeri. Kebanyakan dari mereka mengirim patung – patung tersebut ke Bali. Dan di Bali, patung – patung tersebut dikumpulkan untuk mengadakan pameran budaya Mojopahit.
Padahal pada kenyataannya, para pemahat patung masyarakat Bali itu tidak bisa memahat patung sebagus apa yang telah dipahat oleh orang Mojokerto. Hal ini dapat membahayakan bagi Mojokerto dari segi apapun. Dari segi devisa, Mojokerto akan kehilangan kesempatan untuk dikenal dan diakui oleh masyarakat dunia sebagai sentral Kerajaan Mojopahit. Sehingga itu dapat meminimaliskan para wisatawan asing maupun wisatawan domestik yang ingin mengetahui tentang Mojopahit.
Dari segi budaya, tentu hal itu mempunyai dampak negatif yang besar karena secara tidak langsung budaya itu kan hilang dan tamatlah ikon “Mojokerto sebagai Wisata Mojopahit”.
“Hingga kini ikon Mojokerto “Onde–Onde” hanya tinggal namanya saja, tanpa ada kebanggaan yang terkandung di dalamnya. Baru –baru ini muncul isu ikon baru untuk Mojokerto, yaitu Mojokerto sebagai “ Kota Sepatu”. Hal ini dikarenakan kebanyakan para wirausahawan di Mojokerto membuka usaha industri sepatu sehingga kini Mojokerto terkenal karena produksi sepatunya.”
Dalam rangka mengembangkan wisata Mojopahit, alangkah baiknya apabila pemerintah mau mengulurkan tangannya bagi para pemahat patuung tersebut. Misalnya dengan cara mengumpulkan para pemahat kayu dalam satu forum dan dari hasil pahatan tersebut akan diadakan pameran patung yang identik dengan budaya Indonesia. Program ini tentunya memiliki banyak dampak positif misalnya para pemahat patung tersebut akan merasa terbantu dari segi ekonomi kehidupan dan dalam diri mereka nantinya akan muncul rasa kebanggaan tersendiri karena mereka ikut andil dalam melestarikan budaya Mojopahit yang dibanggakan oleh Mojokerto.
Dari segi pemerintah pun memiliki dampak yang positif juga. Misalnya pemerintah dapat turut andil dalam memecahkan masalah pengangguran karena para pemahat patung tersebut tentunya akan merasa dipandang dan diperhatikan apabila mereka dikumpulkan dalam suatu lembaga yang bergerak dalam kesenian pahat memahat.
Jadi mereka akan merasa bangga dan apabila mereka merasa bangga maka akan tumbuh kreativitas yang lebih menarik lagi dan akan tercipta keindahan untuk mempercantik peninggalan Mojopahit tersebut. Selain itu dapat juga menambah pemasukan bagi pemerintah daerah Mojokerto karena dari patung – patung yang telah mereka pahat dapat dikumpulkan dan dapat diadakan pameran patung. Dari pameran itulah akan banyak para wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung untuk melihat pameran patung tersebut.
Dengan demikian, ikon Mojokerto yang sesungguhnya adalah Wisata Mojopahit karena tidak ada daerah di bumi pertiwi ataupun di daerah belahan dunia yang lain yang memiliki peninggalan Kerajaan Mojopahit yang lebih tinggi dari Mojokerto.
Bagaimana pendapat Anda? []

2 komentar:

INFO NIAGA MOJO mengatakan...

maaf baca-baca di ruang bapak...nice blog..

Mulyoto mengatakan...

Makasih. Mbaknya apanya Asri, ya? Kok tahu banyak soal penyanyi cilik berbakat ini. Asri kebetulan tinggal satu RT dengan saya dan kebetulan teman main anak saya, Putri.