Kamis, 04 Desember 2008

Blog sebagai Media Pembelajaran


MULYOTO

Di samping membawa dampak negatif, teknologi internet sebenarnya juga menawarkan banyak hal positif. Lewat website pribadi (blog), misalnya, kita dapat mempublikasikan pikiran kita secara bebas dalam waktu cepat yang bisa diakses secara luas. Interaksi antarblogger sebagai sesama insan belajar terjadi dengan intensif, melampaui batas-batas ruang dan waktu.

Dalam konteks pembelajaran berbasis baca tulis, media blog layak untuk kita akomodasi dalam kegiatan pembelajaran. Teknisnya, siswa diberi tugas untuk mencari dan membaca informasi dari internet. Selanjutnya, hasil bacaannya itu harus ditulis dan dipublikasikan ke dalam blog.

Istilah pembelajaran berbasis baca tulis ini saya adopsi dari istilah Hernowo yang terkenal dengan teknik mengikat makna. Menurutnya, untuk dapat mengikat makna dari apa-apa yang kita baca, kita harus melanjutkan kegiatan membaca itu dengan menulis.
Ternyata, cara ini cukup efektif. Saya telah mencoba menerapkan metode pembelajaran ini dalam kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto pada kelas SBI (Sekolah Bertaraf Internasional). Terlihat jelas, kegiatan belajar menjadi hidup. Siswa terpacu untuk mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan, baik berita, opini, puisi, kisah pribadi, dan sebagainya.

Untuk menghasilkan tulisan, aktivitas membaca yang dilakukan siswa tidak sekadar bersifat konsumtif. Kegiatan mereka adalah kegiatan produktif, yaitu menghasilkan karya tulis. Akibatnya, secara bertahap kualitas intelektual siswa meningkat. Ini terlihat dari kemampuan mereka membuat tulisan yang runtut, logis dan sistematis.

Awalnya, tulisan siswa memang terkesan seadanya. Ada yang sekadar mem-publish puisi cinta. Ada yang mencoba menulis berita bercampur opini tentang kegiatan sekolah. Bahkan ada yang menulis kisah sedih tentang temannya yang menderita leukimia.
Jangan dipatahkan dengan vonis jelek. Beri apresiasi secara positif. Ungkap kelebihan-kelebihannya, dan beri motivasi untuk membuat tulisan yang lebih baik. Begitu seterusnya, melalui latihan berulang-ulang, siswa akan mengalami kemajuan yang pesat.

Harus diakui, selama ini dunia pendidikan kita belum banyak memberi ruang ekspresi bagi anak didik. Pembelajaran sering berjalan satu arah: dari guru ke siswa. Dalam pembelajaran seperti ini, anak didik diperlakukan sebagai botol kosong yang mesti diisi oleh guru. Siswa sebagai pencari ilmu bersikap menunggu.

Maka, hasilnya adalah anak-anak yang manis tapi gagu menatap masa depan. Ketika lulus dan mendapati dunia kerja yang jauh dari bayangan, mereka tidak mampu berbuat apa-apa. Alih-alih menciptakan lapangan kerja, mereka menjadi pengangguran yang menjadi beban negara.

Tentu, metode pembelajaran yang demikian harus kita ubah. Di era informasi, dunia berubah dengan sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi sama cepatnya bergerak maju. Dalam kondisi begini, tentu tidak relevan lagi kita menjejalkan ilmu kepada anak didik. Yang terpenting, anak didik harus memiliki ketrampilan mencari dan mengembangkan ilmu itu secara mandiri.

Nah, pembelajaran yang merangsang siswa untuk berpikir melalui media blog, kiranya bisa dijadikan salah satu alternatif. Bagaimana menurut Anda?

(Dimuat di Surya, 3 Desember 2008)

Tidak ada komentar: